Tuesday, January 29, 2008

iyyaakana'budu...

talas tak layak menunduk untuk ubi jalar
sebab keduanya sebangsa ubi
sebangsa sederajat selevel tak boleh saling tunduk marut
mount everest dan fuji akan sama sebab berpuncak berkarang berkerak liku-liku selevel pula
gunung dengan gunung tak patut saling patuh
karena misteri sinai akan terjadi luluh hancur ambruk
begitu pula manusia
apa guna jadi manusia kalau ujung-ujungnya tunduk marut lunglai madah nurut sembah sujud harap takluk kepada sesama manusia..?
kalau demikian terjadilah bencana perbudakan budaya
perbudakan ideologis
perbudakan spiritual
manusia hilang kemanusiaannya sendiri
takluk di bawah konsep-konsep palsu perbudakan ideologi
padahal hanya ada iyyaakana'buduwa iyyaakanasta'iin

Friday, January 25, 2008

tanya

buat apa jadi manusia kalau tak merdeka..?
buat apa punya akal kalau tak berpikir..?
buat apa punya hati kalau hatinya membatu..?
apa gunanya hati kalau ia beku..?
apa gunanya hati kalau tak punya nur..?
hati jadi cermin
cermin yang baik tak boleh dekil
apalagi kusam penuh bercak noda
retak...!
kalau begtiu boleh jadi bukanlah cermin hati dibawa
menuju hempasan deru malam mentasbih siang menggulung sejarah
ia hanyalah pualam kaku mengkilap semu
ia membatu di ketiak bumi
menjadi sohib kawanan reptil tak punya akal tak miliki hati
ia hanyalah onggokan
senyawa-senyawa partikel
proses ini reaksi kimiawi itu denyut biologis ini gerak fisik itu
ia hanyalah lokus bertubuh tanpa jiwa
kayu bakar...
ia hanyalah arca
hampa ruh lenyap spirit cinta hakiki

Tuesday, January 22, 2008

asyura

kidung duka melantun dari pusara sayyidina husain
karbala epos kesyahidan cucu rasulullah
sepuluh muharram berabad lampau
terjangan maut saat tempur gagah berani melompati logika untung rugi menang kalah laga biasa
tragedi pertarungan kekuatan sejarah qabil dan habil
auman serigala kebuasan lengkap cakar bisa taring runcing siap melumat sekawanan kijang tak bertaring gerigi buldozer
denting pedang ringkikan kuda kabut debu gurun terik karbala seolah naik pitam atas kebuasan yang memburu tikaman ini dan sabetan itu
luka dan darah menyimbah sesama umat
deru kavaleri membabat sekawanan pasukan kecil yang masih bertahan teguh untuk bakti menegak prinsip nilai panji panji titah suci tak berlumur hawa nafsu bejat duniawi ashabiyah otoriterisme dinasti kekuasaan jhiliyah arabiyah
di manakah cucu nabi tak kau lihat? oo...
tak mau kusebut itu tak mau teramat sedih teralampau meniris kalbu
duka tragis batin membara kala kenang
asyura adalah satu tonggak di antara beratus tonggak kesyahidan
ia dikenang untuk menggugah nilai memperteguh prinsip
asyura adalah wafatnya cucu rasulullah dan muslimin satria yang teguh pada nilai
aku hanya merenungnya dari tonggak yang kutatap

Tuesday, January 15, 2008

lara di bumi


duniaku berlari
hariku terbirit-birit
bumi mendulum kencang
awan tak kalah bak kesetanan
awan tak lagi putih
legam bernoda memerih rintih
langit berparas culas
bintang hanyalah kunang-kunang
tanahku kuburanku
hanya membongkah kering
duhh paceklik
curahan hujan menyimbah bah
kala sengat mentari bergilir
ia memanggang sampai legam
kerontong penuh debu
lapar, dahaga, larat jadi tumbal
kian waktu membirit kian parah wajah bumiku
tetanaman telah diganti belulang cor dan besi baja
pabrik-pabrik mengepul racun di paras langit
tak hanya itu
sungai menjadi comberan limbah
sungai sendiri hampir punah namanya
sungai yang nyaris tak berair
dan hutan-hutan menjadi tumbal kebijakan jalan pintas
hutanku rusak alamku hancur
tapi mengapa tikaman-tikaman membebat bumi itu dibiarkan?
mengapa sedari dulu mereka melacurkan ilmu-ilmunya?
aku tahu
aku dari kecil sudah dengar pula
kalau bangsa kita sangat kaya buminya
pun orang-orang cerdas tak ketinggalan
dulu bangsaku banyak orang ahli
tapi mengapa ilmu itu digadaikan demi keserakahan narsis?
tapi mengapa mereka tak beramal dengan ilmunya?
tapi mengapa mereka mencabik bumiku dengan disertasi dan kumpulan riset penjilat?
tapi mengapa mereka tega menjual kekayaan bumiku atas kredo pembangunan yang nihil itu?
tapi mengapa ilmuwan tak membela bumi?
tak membela orang banyak yang masih butuh bumi untuk dicangkuli?
tak mengusir pencaplok-perampok asing kapitalis?
malanglah bumi ini
bumiku dan bumimu
bumi kita bersama
kini...
saat kerusakan telah menampar wajah dunia
saat kerusakan menjadi parah
saat kerusakan mengancam kepentingan mereka pula
saat itulah baru suara-suara munafik itu berkukuruyuk
dikira fajar hendak menyingsing, padahal senja hampir kiamat
saat bumi nyaris ekarat
saat kekeringan menggila
saat lumpur meneggelamkan pabrik-pabrik mereka
saat es kutub nyaris menenggelamkan istri dan anak-anak mereka
saat mereka telah membunuh jutaan manusia di irak, afghanistan, palestina atas nama demokrasi
saat dunia kian memanas
atmosfir memanggang
saat telinga mereka dijewer
saat itulah ada kelabakan orang yang pura-pura buta dan tuli
saat ujung pisau mengancam batang leher
barulah lolongan globalwarming melengking ke sana kemari
proyek 're' setelah 'me' berhembalang di tiap sudut bumi yang menua dalam lengah
reboisasi, rehabilitasi hutan dan lahan, rekonstruksi negeri korban, redemokrasi, reliberalisasi dan seterusnya proyek omong kosong
dan kian rumit membuat kita ikut bingung
akhirnya bumi merintih
sakit...
panas...
rontok...
kering...
banjir...
darah...
namun...
kisah rakus tak berhenti bung...!
ia menguat dan makin dekat mencekik leher
ialah rezim modal kapitalis yang berwajah ganda

aku...
aku sendiri jadi bingung sampai kini

Saturday, January 12, 2008

ahakore iblis

dentingan waktu kian menyenja
riak batin masih madah di tengah lentik masa
kumandang cinta melengking mengoyak relung hati
gelegar jantung mendentum saat henyuk
perih menyayat tak jera melongok wangi rindu
duri di tubuh menumbuh melukai tak apalah
demi regukan yang menyejukkan dahaga tandus
atas nama asma indah yang membulir kalbu
menghempas dalam badai demi tarian maut
menerjangi jeruji buas demi terkaman keabadian
regukan akhir menelangsa
sepi terkapar dalam rindu
getir merinding dalam ekstase rasa
hangus menjelaga demi seutas senyum
yang melumatkan Sinai dan merebahkan Musa
demi uluran kasihMu tak berbatas kira
cintaku menyelonjor dalam liukan ular sihir Fir'aun
memalsu dalam lakon bisu Sphinx dan Latta-Uzza
cinta ini bagai jubah kaum Luth yang dikutuk
kutanya diriku yang sempat meliar dengan cinta
kusumpal hasratku yang mengumbar dusta
aku terkapar dalam renung
hendak kusobek-sobek selaput batinku yang moreng
betapa aku telah jauh menghuyungi kawah nun gelap
lepas terjerembab menekuk kepalsuan
ikut tarian sihir yang menyihir atas nama cinta
atas nama cinta mengumbar materi rendah
melepuhkan diri dalam sengat yang mengobar
kini daguku menindih bumi
kini...
ingin kutiriskan air mata ini
tapi...
tapi kutakut terulang pula menjadi ahakore iblis
simbahan ratap yang hipokrit
namun tak mungkinkah itu?
kuulangi untuk kesekian tingkahku sedulu
dusta yang menggulung awan-awan palsu di dada
mamusar dalam gumpalan legam kebohongan
memuncratkan petir kesilauan indera nan palsu
tak sadar selamanya dalam jutaan siklus memimpi
prestasi dalam kepalsuan mimpi
prestasi yang menyulut arogansi
oleh karena naif dan dungu
prestasi yang sarkastik dengan terang mata
prestasi setinggi debu kusam
sehebat asap gelap menggumpal memanggang bumi
ingin hati mengurai kembali
kuurai simpul-simpul nalar yang tengik
simpul nalar yang mendepak kedalam kepatenan apriori
nalar yang membeku
buntu dan lapuk
bak rumah jagal memenjara nurani
kepicikan bak bayangan daun pintu
ia bahkan bergaya serbatas deritan daun pintu
duhai amat celakalah diri ini
menambatkan kuda tempur di kubangan rawa
namun tak apalah
semua itu mesti rontok
semua itu mesti luruh kena hantamanku yang terakhir kali
jeruji penghalang harus hengkang
aprioriku mesti meluas hingga horizon terbaru
kunanti dalam waswas kelebatan cahaya subuh
terawangan menjuntai lapisan diriku yang remuk
menangga menelisik petala langit
ingin kepelajari singkapan-singkapan itu
ajari aku duhai Maharajaku

*ahakore artinya alat press atau pengikat potongan kayu bakar yang diikat bergerombol berbentuk ulin atau roda dan terbuat dari bilah rotan halus atau akar kayu yang dipilin membentuk gelang besar. ahakore adalah bahasa lokal di desa pelauw, kabupaten maluku tengah. jadi ahakore iblis berarti konotasi dari lingkaran atau jerat iblis.

Tuesday, January 8, 2008

Jejakku Dibajak Aku

aku harus memilih
mengikuti Allah ataukah hawa nafsu
mengorbankan ismail-ku atau terlena dalam penduaan
kalau begini terus, hati ini gelisah
padahal cinta ini untuk Allah semata
haruskah kugadaikan cinta akbar ini?
aku taku ya Allah
aku takut kehancuran
aku takut murka-Mu
au harus memutuskan
aku harus keras atas diriku
tebtu aku belum adil atas diriku
mengetahui jalan menuju hakikat
namun...
hawa nafsu selalu mengingkari
hawa nafsu memasang jerat
dan aku terlena
ooh diri yang lemah
memang aku sangat lemah
tipu daya ini melenakkan
di manakah takbir idul adha-ku kemarin?
ooh diri yang sakit
betapa hancur oleh kenaifan
haruskah begini tak berakhir?
ya Allah...
Tuhanku
Rabbku
aku t'lah menduakan-Mu
menukar zikir dengan nafsu
ya Allah...
ampunilah kebodohan ini
au menyesal
aku mau bertobat
aku mau kembali
tunjukilah ia
bimbinglah tuk merangkak
aku terpapah
kurindu ...
ashirat almustaqiem
lawanku kian menikam ya Kabiir
nafsu yang bergeliat
bertengkar dalam diam
aku menyesal ya Allah...
iriku pada langit dan bumi-Mu
yang patuh dalam kepasrahan total
betapa aku tergelincir hanya demi debu-debu yang rendah itu
semuanya memang tak berharga sama sekali dibanding Wajah-Mu yang Agung
dibanding kasih-Mu yang tak bermarjin
dan aku telah melacurkan nikmat itu...
ketundukanku imitasi
ibadahku candu
zikirku lip service
batinku hampa
aku menjerit takut
ooh...