Wednesday, January 28, 2009

awalnya

awalnya tak begini
aku mengenalmu beberapa ikat bulan lalu
selembar potret mata bening

awalnya tak begini
aku mengakrabimu di penggal musim hujan tahun lalu
sikapmu yang membuat aku terjompak liar menendang langit

awalnya tak begini
aku begini gagu tak mengerti sebuah ketidakrasionalan yang menindih
selalu merasa revolusi sedang melata dalam darah

Sunday, January 25, 2009

cerita tentang hujan

cerita tentang hujan
di pangku sore dan pagi hari
ketika kolong langit dirudung sendu
di bulan januari

cerita tentang hujan
pada titah suci yang berkitar di padang jiwa
saat rindu merajuk gunung
puncak haru memetik mimpi

cerita tentang hujan
pada gelayut putih yang menirai langit
saat dingin meremuk rusuk
ada setangkup kangen di titik bening

cerita tentang hujan
pada imaji liar yang meraung ganas
bebas berlarian di bibir kawah kutukan
demi memetik rindu dari edelweis yang tengah mekar

cerita tentang hujan
dari kupu-kupu yang terbang mencari pucuk
saat gunung dan pulau-pulau mematung bisu
meningkahi sayap putih yang merentangi dua hati

duka negeriku, dukakah maluku?

dendam merubungi dada
pikiran waras enyah di ketiak
parang berbicara
saudara membunuh saudara

teror merajalela
maningkamu tutup buku
senjata menderum
Pelauw dan Kailolo perang lagi

bara luka kini tergorek
dendam satu dibalas dendam lain
bageti meledak, kelewang bersambut
muslim-muslim meregang nyawa

amarah beranak pinak
barisan korban telah mengiris sejarah
kini negeri-negeri itu masih berperang
mengubur kemanusiaan menanam kesumat

kabar buruk menubruk sukma
merobek-robek titah kasih sayang
negeriku dan negeri saudaraku
tenggelam di kawah permusuhan

Thursday, January 15, 2009

pekan neraka

pekan neraka
bagiku yang sedang hancur
jiwa tersundut nar
jadi tembikar
keras membatu
jauh dari nur
susut melepuh
pekat menjelaga


pekan neraka
bagiku yang tengah sekarat
rapuh menjelempah
tengadah mengepul sukma
ruang batin jahannam
buih-buih meriak
berpelantun dalam dada
bercat gosong

pekan kutukan
tanganku meraba-raba
ingin lekas aku terjaga
dari mimpi buruk
yang bikin mampus
ingin segera kutemui dia
yang puasa jemari
di pekan ini

mati lagi

jam dinding menderum
langit pucat di celah loteng
urat-urat mengejang
nelangsa
mati

tak berguna nafas menyemprot
toh diri ini telah sekarat
dibawa ke simpang asa
hancur semua
neraka

izrail kutantang segera
jiwa bertanduk iblis
hidup telah percuma
hitam memerah
aku mati

Wednesday, January 14, 2009

mati

kematian selalu datang dan pergi
membawa mantra-mantra aneh
yang tak bisa kurangkai dengan lajur-lajur bait
ia datang dengan sebilah belati yang haus nyawa
tegak harapnya memanen maut
mati harus disauh
suluh-suluh jiwa lamat-lamat padam
gelap menatap
semua sirna tanpa ruapan warna
berkali-kali mati
hilang entah kemana
bau busuk dari jiwa yang amis
yang hanya mengonggok rupa semu
mati berkali-kali

tahu

kini kutahu
bahwa aku tak tahu
aku pasti

kini kutahu
bahwa aku salah
aku pasti

kini kutahu
bahwa aku tak pasti
itu pasti

Sunday, January 11, 2009

bening

hari ini hariku putih
putih seputih langit di atas sana
di ujung daun-daun pakis
yang segar bermandi hujan
sore ini

hari ini hariku putih
putih seputih awan
yang tak kelihatan berarak
mungkin dikulum badai langit
seharian

hari ini hariku putih
putih seputih sagu tumang
y
ang diseduh dengan waelapiya
s
edari dulu sampai kini
lumbung orang lease

hari ini hariku putih
putih seputih pandanganku yang kosong
hanya diam selalu selalu diam
karena hatiku inginkan yang putih mengitar
hati bening aku rindu

Wednesday, January 7, 2009

warna

Kebenaran
yang terpacak lewat bendera ilmu
yang berkibar ria
dan semburat hikmahnya dari rajutan benang-benang indah
senantiasa bergetar-getar di muka bumi
oleh para perindu kebenaran
Monumen cinta
yang tiang-tiangnya ditegakkan
sebagi tanda keteguhan asa
Asa dari keteguhan prinsip jiwa
merindukan iluminasi 'cahaya' Al Haq
Tiang diantara tiang-tiang
Mereka punya warna
beraneka rupa bercengkerama
dengan maqom-maqom kebenaran
Kebenaran bermacam-macam rupa
tertulis dari warna
dan kilatan simbol-simbol hikmahnya.
Aneka dalam pusaran wihdah...

Sunday, January 4, 2009

tragedi kampus merah

di jalanan depan kampus merah mereka berjejer
pukul sebelas jelang tengah hari di bawah siraman hujan
berpuluh mahasiswa membentuk simpul lengan
kiri kanan mengait-ngait siku
siap menantang siapa saja yang akan mengganggu ritus ini
ritus yang sudah tua dari nenek moyang pergerakan masa silam
anak-anak muda dari kampus yang sedang berhelat ujian akhir semester harus turun ke jalan
meneriakkan ketidakadilan, mengutuki kezaliman,
menendangi bokong rezim negara yang telah menjadi boneka modal
barisan itu berjejer di belokan depan pintu kampus
mereka mengamputasi kesibukan hari itu,
memberi isyarat darurat buat warga pemakai jalan
bahwa hari itu dunia tengah dibelokkan ke dalam mulut naga yang ternganga lapar
alamat celaka bagi rakyat marjinal di bumi kaya tapi miskin ini
indonesia tanah air para pemodal
langit hitam pekat seolah turut menangisi ironi dunia
ia mencurahkan duka pilunya sekuat hati karena jutaan umat yang telah diberi khianat
tak kuasa menatapnya dari atas sana, sebuah negeri dengan berlapis-lapis kisah pilu manusia
lalu jarum jam mendetak cepat...
waktu berlari terbirit-birit dikejar harapan-harapan ratusan mahasiswa
yang tak sabar menunggu pertarungan yang menggemaskan
megafon meraung-raung...
teriakan-teriakan berkobar
membakar semangat para laskar rakyat
yang hanya 'memanggul' pena
lahar panas berkecamuk di balik kaos oblong dan kemeja,
dingin pun urung berkemul lama-lama
satu dua jam menunggu...
dan yang dinantikan pun tiba
segerombolan pembunuh yang mengenakan seragam coklat tahi kuda
alat negara yang bahkan pakaian dalamnya pun dibelikan dari keringat rakyat ini menyerbu kampus rupanya hendak membunuh anak-anak muda yang bersemangat itu
seperti mau menumpas para kriminal narkotika dan teroris saja
pentungan penangkis batu di depan lalu senjata terpacak di pinggang, tak lupa intel-intel berbadan gempal rambut gondrong mengirimi teror di barisan samping
semuanya menyerang...
baik polisi baik intel menyerbu ke dalam kampus seperti gerombolan iblis yang tiba-tiba lupa aturan
kampus dikira sarang penyamun
bentrokan pun terjadi
kejar-kejaran
batu beterbangan
lalu...
pasukan berseragam tahi kuda itu semakin mendekati rektorat
mahasiswa yang tak bersenjata bedil dan revolver itu hanya bisa bertahan dan terus mundur
polisi mendesak masuk terus merangsek dengan semangat alat kekuasaan
tiba-tiba...
kebiadaban pun terjadi
mahasiswa yang terjebak kerumunan saat mundur ditangkapi dan dianiaya
mereka dipukuli, diinjak, diseret, sampai babak belur
lalu ditawan seperti gembong perompak di lautan tanduk afrika
sungguh pilu ...
alat negara alat kekuasaan alat penindasan alat kebiadaban...
sebuah pembodohan serius yang terbit lewat Undang-undang Badan Hukum Pendidikan
dikawal oleh alat-alat ini seperti marsose kompeni mengawal kebijakan kultuurstelsel di jaman kala moyang-moyang kita diperas habis-habisan oleh penjajah eropa
penindasan secara sistemik oleh negara atas rakyat yang tak berdaya lagi
berulang-ulang kali lakon drama ini mementas di alun-alun negeri
negeri yang tiang-tiang rumahnya bahkan telah lapuk akibat lignin-lignin mengkilapnya telah dikeruk habis oleh serangga-serangga tengik yang sayap dan siripnya mampu mengantarkannya melintasi negara dan benua sebagai agen transnasional dan multinasional corporations
agen kapitalis dunia
pemerintah tak bedanya nyonya genit yang doyan mencari selingkuhan para pemodal buncit
ia bermain cinta di luar sana
sementara di dalam, seolah-olah sebagai lembaga yang paling terhormat di negeri ini
akal sehat dan logika sadar sudah tak bisa menolak arti perlawanan mahasiswa
bahwa bahasa mahasiswa dan perlawanan rakyat yang selalu terbungkam oleh alat kekuasaan, alat mati, alat teror, alat peot, alat bonyok itu sudah takkan bisa lagi terbendungi
ingat..!!!
kebenaran akan selalu menang...
sementara ketidakadilan dan kezaliman harus tekuk di bawah hentakan semangat juang kaum tertindas
rakyat harus menang...
kemenangan yang bukan seperti jargon-jargon palsu para caleg pemilu itu

hari itu...
17 Desember 2008
hari ketika pendidikan Indonesia telah sekarat
digorok dengan pedang damocles yang bermata dua
rezim SBY-JK

hidup mahasiswa...!

Thursday, January 1, 2009

buta...

aku mengenal dia
baru setahun lalu
jabat hangatnya yang pertama
dengan segumpal senyum
pada suatu sore di pulang kuliah
saksi jalanan kampus tua kota juragan

aku baru mengenal dia
ketika bulan di umur sebelas
gadis lucu dengan suara yang amat lembut
telah dia pasangi seutas jerat yang menyimpul di kedua tangan
lalu mata ini telah tertutup, aku seperti orang buta
tertawan ke seberang sana kampung melayu

belum lama aku mengenal dia
gadis pemilik kerudung biru muda
dengan syal coklat menjuntai dari bahu
hatiku dibuat meriut
kala menatapnya dari lorong kesadaran
pualam wajah yang menggemaskan naluri falus
sore itu