Tuesday, January 15, 2008

lara di bumi


duniaku berlari
hariku terbirit-birit
bumi mendulum kencang
awan tak kalah bak kesetanan
awan tak lagi putih
legam bernoda memerih rintih
langit berparas culas
bintang hanyalah kunang-kunang
tanahku kuburanku
hanya membongkah kering
duhh paceklik
curahan hujan menyimbah bah
kala sengat mentari bergilir
ia memanggang sampai legam
kerontong penuh debu
lapar, dahaga, larat jadi tumbal
kian waktu membirit kian parah wajah bumiku
tetanaman telah diganti belulang cor dan besi baja
pabrik-pabrik mengepul racun di paras langit
tak hanya itu
sungai menjadi comberan limbah
sungai sendiri hampir punah namanya
sungai yang nyaris tak berair
dan hutan-hutan menjadi tumbal kebijakan jalan pintas
hutanku rusak alamku hancur
tapi mengapa tikaman-tikaman membebat bumi itu dibiarkan?
mengapa sedari dulu mereka melacurkan ilmu-ilmunya?
aku tahu
aku dari kecil sudah dengar pula
kalau bangsa kita sangat kaya buminya
pun orang-orang cerdas tak ketinggalan
dulu bangsaku banyak orang ahli
tapi mengapa ilmu itu digadaikan demi keserakahan narsis?
tapi mengapa mereka tak beramal dengan ilmunya?
tapi mengapa mereka mencabik bumiku dengan disertasi dan kumpulan riset penjilat?
tapi mengapa mereka tega menjual kekayaan bumiku atas kredo pembangunan yang nihil itu?
tapi mengapa ilmuwan tak membela bumi?
tak membela orang banyak yang masih butuh bumi untuk dicangkuli?
tak mengusir pencaplok-perampok asing kapitalis?
malanglah bumi ini
bumiku dan bumimu
bumi kita bersama
kini...
saat kerusakan telah menampar wajah dunia
saat kerusakan menjadi parah
saat kerusakan mengancam kepentingan mereka pula
saat itulah baru suara-suara munafik itu berkukuruyuk
dikira fajar hendak menyingsing, padahal senja hampir kiamat
saat bumi nyaris ekarat
saat kekeringan menggila
saat lumpur meneggelamkan pabrik-pabrik mereka
saat es kutub nyaris menenggelamkan istri dan anak-anak mereka
saat mereka telah membunuh jutaan manusia di irak, afghanistan, palestina atas nama demokrasi
saat dunia kian memanas
atmosfir memanggang
saat telinga mereka dijewer
saat itulah ada kelabakan orang yang pura-pura buta dan tuli
saat ujung pisau mengancam batang leher
barulah lolongan globalwarming melengking ke sana kemari
proyek 're' setelah 'me' berhembalang di tiap sudut bumi yang menua dalam lengah
reboisasi, rehabilitasi hutan dan lahan, rekonstruksi negeri korban, redemokrasi, reliberalisasi dan seterusnya proyek omong kosong
dan kian rumit membuat kita ikut bingung
akhirnya bumi merintih
sakit...
panas...
rontok...
kering...
banjir...
darah...
namun...
kisah rakus tak berhenti bung...!
ia menguat dan makin dekat mencekik leher
ialah rezim modal kapitalis yang berwajah ganda

aku...
aku sendiri jadi bingung sampai kini