Wednesday, December 31, 2008

palsu

dunia tidak adil,
politik tinggallah pelatuk yang mengabsahkan berjuta orang meregang nyawa
palestina, o' palestina...

dunia memang kerdil,
lembaga sejagat hanyalah nyonya meneer yang tetap membisu di depan bendoro feodal
racun tengik...

dunia hanyalah akuarium,
di luar terlihat indah, di dalam penuh kekangan dan penderitaan
korban tata dunia bejat...

Wednesday, December 24, 2008

dia

awalnya tak sengaja kujumpai dia
perkenalan yang biasa saja
tak ada rintik hujan, tak ada kembang melati
panas mentari tetap biasa, kucing mengeong pun biasa
lalu roda waktu berputar, aku berhembalang tanpa arah pasti
tak ada oase tempat aku menambatkan penat
pencarian yang nyaris tanpa arti
pasrah kuturuni lembah suram
di punggungku kengerian batu cadas
bekal hanyalah pucuk-pucuk angsana
mungkinkah itu? sangat mungkin karena
ini hanyalah dongeng biasa yang kadang
menjadi basi, selalu diulang, mau lagi diputar ulang
dongeng dari imaji para pencari
kutemui dia di tengah gunungan sampah,
di ngarai angker, di keramaian pasar, di sekolah-sekolah biksu
dia yang tak mau disebut namanya karena menabukan sombol-simbol
peri yang tak bertongkat, biksu yang melukis parodi di kanvas kuning
imam yang mengangkat megafon di jalanan menombaki tiran dengan ayat suci
lalu aku hanyalah pencari yang selalu mengembara
sahara di tanduk hitam kugoresi, lalu ingin kusapa murid Dalai Lama yang teguh bersemedi di ketiak himalaya dan Aung San Suu Kyi di rumah sekap...
dia yang menjadi metafora tak pernah lekang dalam rinai jiwaku

puyenk

dia yang baru aku kenal
tingginya semampai
bodinya aduhai
matanya indah
menawanku dalam pekatnya kabut pagi
pikiran warasku terjerat
jiwa terpilin benang-benang putih
merajut dalam hening
mengepakkan sayap menusuk atap mimpi
dalam mabuk indah para darwis
menggumam syatahaat dari lengkingan burung attar
terbang meninggi berarak kepulan nujum
telah beribu doa kupanahkan ke langit
demi memagut bibir indah itu
demi kupetik kuncup yang baru mekar
aku mengenal dia di kampus hijau
wajah indah merembang pesona
tapi haruskah aku menjadi maniak tubuh?
penikmat rona pipi tembam, wajah imut dan manis itu?
o' begitukah rasanya menjadi lelaki
yang mengokang tegaknya jati diri dengan nalar kelamin?
hu... hu... huu...

Sunday, December 14, 2008

hukumku hukum kamu

kemarin kau bertanya, aku menjawab tak tahu
kemarin kau menuduh, aku tak bergeming
kemarin kau mendakwa, aku tetap begini
kemarin dan hari ini aku menang
besok pula akan aku beli semua tuduhmu

mulut pintarku mampu melipat-lipat
akalku jalan, siapa peduli mereka
aku bukan bunga bangkai
yang mudah kau rajangi kenalpot busuk
aku hanyalah pembeli yang enggan diusik

hukum adalah permainan
tempat aku berselancar bebas
dengan duit aku di atas angin
karena dengan mudah aku menyumpali mereka
yang katanya punggawa hukum itu