di tengah kawah pertapa
gelap di bawah tajuk lebat
hanya cericau burung dan nyanyian kadal gunung menemani sunyi
lobang-lobang batu menyiratkan kesuraman
sementara langit yang cerah di atas dedauan eucaliptus
menyengir perlahan disurut awan yang berarak cepat
udara sejuk menirapkan lecut rasa yang telah tertawan
desauan angin dari sebelah punggung cadas meradangi luka dari raga yang dilumat masa
hingga lumut-lumut kerak yang menyungging di lekuk karang tak sabar menyeletuk kecut
meronta atas kegilaan yang ditarikan jaman yang lupa akan kodrat dan selaput maut
merinding dalam sepi di kolong langit yang tengah ekstase
kawah yang mengendapkan ego diri menyulang takdir
dari anak adam yang rindu pada hamparan ilalang
demi kasih-Nya yang langsung tanpa kata
Wednesday, March 18, 2009
rindu pulang
Tuesday, March 17, 2009
pulang
diantara yang hendak pulang
kakiku mengayun pelan menatih bumi
melangkah aku inginkan pulang
menjumpa Dia yang selalu aku cemarkan nama-Nya
sisa harapan kukumpulkan di tepi kali keabadian
mengharap ampunan dan secuil maaf-Nya
tiap saat kudengar bait-bait purba
menggurindam tentang peluh langkah peradaban
berlapis generasi mengurai tembang
tentang peradaban yang memoles duka,
mewarnai dendam dan mengobrak-abrik alam yang turut tersayat
sampai pada kulminasi genting deklarasi ketiadaan jalan pulang
nihilisme bagi eksistensi yang tengah menjadi
dendam tercabik di paruh waktu
lalu jalan pulang tinggal bualan
dari manusia separuh mesin
yang lupa pada panggilan cinta
oh...
Thursday, March 12, 2009
jalan pulang
laksana sebutir keong merangkak di tengah jala nelayan
yang membentang di tengah padang gersang,
arahku terhijab selaput keras bernama ego
sekian tapak aku jejaki di tanah tanpa rumput segar
lupa apa aku pada diri sendiri yang tercipta fana?
sementara luka batin makin dalam teriris
hati yang membatu tak ditembus cahaya
rupanya aku tengah dalam ketaksadaran candu
sampai kapan lagi langkah ini tak menentu arah?
aku butuh jalan kembali menuju kebun hijau
tak sekedar metafora langkah hendak kupulang
ingin menyungkur memohon setitik cahaya dari-Mu
yaa Ilahi Rabbi...
Thursday, March 5, 2009
kabar tak ada
beberapa hari menghilang
kabar tak ada
mungkin sebabnya
yang payah di aku
kata-kata kubuat
untuk kau baca
sebab beberapa hari
telah menjadi hening
awan putih tak lagi muncul
cerita hujan telah lewat
mungkinkah ini menjadi tanda
tentang titik balik yang hiperbolik
kata-kata ini kubuat
untuk kau tahu
sebab aku mencoba mengerti
tentang arti kematian
kematian dari jiwa
yang membawaku ke kawah murka
aku lah racun
yang telah kau pilih
nelayan di kampungku
aku teringat nelayan
di kampungku
yang perkasa
membelah selat
yang tak selalu ganas
di bibir seram dan bumi lease
subuh-subuh yang sejuk
mereka siap kembali
dari langgam rejeki
menjumpai anak
menemui istri
memutar roda hidup
yang merutin
sebagai nelayan
petarung yang terlupakan
di sudut negeri